Simalungun,harian62.info –
Dalam pertemuan tersebut, Gusmiyadi menegaskan bahwa peran pemuda tidak boleh hanya dipandang sebatas pelengkap dalam pembangunan, melainkan harus menjadi motor penggerak perubahan. Ia menekankan, Perda Kepemudaan seharusnya hadir sebagai regulasi yang nyata memberi ruang bagi generasi muda, bukan sekadar aturan yang berhenti di atas kertas.
“Pemuda harus diberdayakan secara nyata. Jangan sampai Perda Kepemudaan hanya menjadi kegiatan seremonial tanpa implementasi. Kita ingin pemuda Simalungun khususnya, dan Sumatera Utara umumnya, benar-benar mendapat dukungan dalam bidang pendidikan, keterampilan, dan lapangan kerja,” tegas Gusmiyadi.
Meski disambut positif, sejumlah peserta sosialisasi mempertanyakan sejauh mana implementasi Perda ini sudah berjalan di lapangan. Banyak pemuda yang masih menghadapi keterbatasan akses pelatihan, minimnya dukungan modal usaha, serta terbatasnya kesempatan kerja.
Tokoh masyarakat setempat, (Wahyu Suafri), menilai bahwa perhatian pemerintah terhadap pemuda masih sebatas wacana.
“Kami sering dengar program untuk pemuda, tapi kenyataannya belum banyak yang menyentuh ke desa. Pemuda di sini masih bingung mau ke mana setelah tamat sekolah. Harapan kami, Gusmiyadi jangan hanya datang sosialisasi, tapi juga memperjuangkan anggaran,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang perwakilan pemuda, (Putra Saragih), mengungkapkan kegelisahan generasi muda di Nagori Pematang Gajing.
“Kami butuh pelatihan keterampilan dan lapangan kerja, bukan hanya janji. Kalau pemerintah serius, Perda Kepemudaan ini harus benar-benar dijalankan. Kalau tidak, ya sama saja seperti perda-perda sebelumnya, hanya jadi kertas,” katanya dengan nada kritis.
Sosialisasi ini diakhiri dengan komitmen Gusmiyadi untuk membawa aspirasi tersebut ke tingkat provinsi. Ia menegaskan akan mendorong agar pemerintah daerah serius menindaklanjuti Perda Kepemudaan dengan program konkrit yang dapat dirasakan langsung oleh generasi muda.
(Hd/mr, harian62.info)
0 Komentar