“Aktif lagi bang. Kemarin memang sempat stop pasca razia menyeluruh. Begitu dianggap aman, mereka kembali beroperasi merusak lingkungan,” ujar Sanusi, warga Sintang, Jumat (20/9).
Menurutnya, suara mesin dompeng sudah jelas terdengar di tepi sungai. Situasi yang dianggap “kondusif” justru dimanfaatkan para pelaku PETI untuk kembali beraksi tanpa rasa takut.
“Meskipun polisi kerap razia, bukan berarti tauke emas pasrah. Begitu tenang, mereka langsung main lagi. Seakan tak khawatir sama sekali dengan aparat,” tambahnya.
Warga lain, Suhardi, bahkan curiga aparat penegak hukum (APH) setengah hati menindak tambang ilegal ini.
“Sudah jelas merusak ekosistem, merugikan negara, dan menghancurkan tatanan hidup masyarakat, kok dibiarkan berlarut. Ada apa dengan Kapolres Sintang?” ujarnya dengan nada kecewa.
Ia menegaskan, masalah PETI bukan hal baru. Sudah berulang kali terjadi, tetapi tidak ada efek jera. Dampaknya bukan hanya segelintir orang, melainkan ratusan ribu warga yang akan menerima imbas kerusakan lingkungan.
“Saya berharap ada kesadaran bersama. Jangan tunggu sampai anak cucu kita mewarisi kerusakan yang lebih parah. APH harus berani menangkap aktor besar, cukong, dan beking di balik bisnis PETI,” tegas Suhardi.
Warga pun mendesak aparat penegak hukum, Bupati Sintang, dan DPRD agar tidak tinggal diam.
“Bupati, DPRD, maupun Polres jangan slow respon. Berantas jaringan besar PETI mulai dari cukong, pemasok BBM, hingga dugaan oknum aparat yang terlibat. Kalau tidak, wajar masyarakat menilai pemerintah dan penegak hukum mandul,” pungkasnya.
Sampai berita ini diturunkan, Kapolres Sintang belum memberikan konfirmasi meski telah dihubungi melalui pesan WhatsApp.
(007/BD)
0 Komentar