Jakarta,harian62.info -
Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai pengganti Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) diklaim bisa mengidentifikasi anak-anak dari keluarga berisiko stunting.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Kepala BPS Sonny Harry Budiutomo Harmadi di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, pada Senin (21/7/2025).
“DTSEN mencakup 285,8 juta individu dan 93 juta keluarga, dan telah mampu mengidentifikasi karakteristik penting dari keluarga yang berisiko stunting,” kata Sonny mengutip keterangan resmi, Selasa (22/7/2025).
Dia menegaskan bahwa lewat DTSEN, dapat diketahui lebih detail risiko stunting akibat kurang gizi. "Kita bisa mengetahui secara detail adanya risiko stunting akibat gizi sensitif,” ujarnya.
"Kita bisa mengetahui secara detail adanya risiko stunting akibat gizi sensitif,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa BPS memiliki data lengkap termasuk pendapatan, kondisi rumah, hingga sanitasi. Sehingga data anak-anak berisiko stunting dapat dipetakan. “Kita punya data BPS itu kondisi rumah, mulai dari alas, lantai, dinding, dan kita bisa tahu kondisi sanitasinya,” ujarnya. “Sehingga kita bisa tahu juga potensi stunting di keluarga tersebut," ujarnya.
Sonny menambahkan bahwa BPS juga terbuka dalam pemanfaatan kecerdasan buatan atau AI dalam pemetaan data stunting.
Dia bilang, hal ini sejalan dengan peran BPS sebagai Regional Hub Data Science di Asia Pasifik. “(Data) stunting bisa menjadi pilot project penting dalam pemanfaatan data science untuk intervensi kebijakan yang lebih efektif,” tegasnya.
Sumber : Kompas.Com
0 Komentar