BATAM,harian62.info -
Suhu politik internal Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kian memuncak. Setelah sempat tertunda, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hanura Kepri akhirnya memastikan pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) ke-IV untuk periode kepengurusan 2025–2030. Agenda penting ini akan digelar di Hotel Harmoni One, Batam Center, pada Rabu, 22 Oktober 2025, dan dipastikan akan menjadi panggung perebutan pengaruh politik di tubuh partai berlambang hati nurani tersebut.
Menariknya, Musda kali ini akan dihadiri langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO), bersama jajaran pengurus inti dari tingkat pusat. Kehadiran OSO diyakini akan menjadi faktor penentu dalam mengarahkan arah politik Hanura Kepri ke depan. Ketua DPD Hanura Kepri, H. Bakti Lubis, SH, MH, menjelaskan bahwa penundaan sebelumnya terjadi semata-mata karena padatnya jadwal nasional sang ketua umum.
“Kami ingin Bapak OSO hadir langsung untuk memberikan arahan dan legitimasi pada Musda ini. Semua persiapan sudah 100 persen,” ujarnya, Kamis (16/10/2025). Selain memilih ketua baru, Musda juga akan menjadi momentum pengukuhan kepengurusan Hanura Kepri periode 2025–2030.
Namun di balik euforia pelaksanaan Musda, tensi politik internal Hanura Kepri mulai terasa panas. Dari informasi yang dihimpun awak media, terdapat empat nama kuat yang akan bersaing ketat dalam bursa calon ketua DPD Hanura Kepri kali ini.
Nama pertama yang mencuat adalah Putra Caesar Odang, figur muda yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPC Hanura Kota Batam. Meski perolehan suaranya di Pileg 2024 hanya mencapai 42 suara di Dapil 6 Batam, sosok Putra mencuri perhatian karena faktor genealogis, ia adalah keponakan kandung Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta Odang. Dengan kedekatan darah dan kepercayaan internal partai, Putra dinilai memiliki peluang besar untuk mendapatkan dukungan kuat dari DPP. Keberadaannya dianggap mewakili semangat regenerasi di tubuh Hanura Kepri.
Di sisi lain, Drs. H. Ady Hermawan, Ketua DPC Hanura Kabupaten Karimun tiga periode, juga tak bisa diremehkan. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Ketua II DPRD Karimun, dengan raihan 3.382 suara pada Pileg 2024. Ady dikenal luas sebagai kader militan yang membesarkan Hanura dari akar rumput hingga berhasil mempertahankan eksistensinya di tingkat kabupaten. Dengan pengalaman politik dan jaringan luas antar DPC, Ady menjadi figur senior yang dinilai mampu membawa Hanura Kepri ke arah yang lebih solid dan terstruktur.
Sosok ketiga adalah Sirajudin Nur, politisi Melayu yang dikenal memiliki kiprah panjang di panggung politik Kepri. Mantan anggota DPRD Kepri dua periode dari Fraksi PKB ini sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI pada Pemilu 2024 dan berhasil mengantongi 81.432 suara, menempati posisi kelima dari 14 kandidat. Elektabilitas dan pengaruh luas Sirajudin di berbagai lapisan masyarakat menjadikannya kandidat dengan modal politik kuat yang mampu memperluas basis pemilih Hanura hingga ke wilayah pesisir dan pulau-pulau terluar. Pengalaman dan elektabilitas Sirajudin menjadikannya sosok strategis yang layak dipertimbangkan untuk membawa Hanura Kepri meraih basis pemilih baru.
Nama terakhir adalah Dr. H. T. S. Arif Fadillah, S.Sos., M.Si., birokrat senior yang malang melintang di pemerintahan Provinsi Kepri. Pernah menjabat sebagai Sekda Karimun, Sekda Provinsi Kepri, hingga Plh. Gubernur Kepri, Arif dikenal sebagai sosok teknokrat yang berintegritas tinggi. Hubungannya yang cukup dekat dengan OSO dan pengalaman panjang di birokrasi menjadikannya figur kompromi antara kepentingan politik dan pemerintahan.
Yang menarik, dari empat nama yang beredar, tiga di antaranya berasal dari Kabupaten Karimun. Fenomena ini kembali menegaskan kuatnya dominasi tokoh-tokoh Karimun dalam peta politik Hanura Kepri, sebagaimana kepemimpinan H. Bakti Lubis dan sebelumnya Plt. Ketua Nurdin Basirun, yang juga berasal dari daerah tersebut. Pertanyaan besar kini mencuat, apakah Hanura Kepri akan kembali dipimpin oleh tokoh Karimun, atau justru memberi kesempatan bagi figur baru dari luar basis tradisional partai itu.
Semua kini bergantung pada restu dan keputusan Ketua Umum Oesman Sapta Odang. Musda kali ini jelas bukan hanya ajang formal pemilihan, melainkan pertarungan arah dan strategi politik Hanura Kepri menuju Pileg 2029. Satu hal pasti, panggung Batam pada 22 Oktober nanti akan menjadi saksi siapa yang paling layak menakhodai kapal besar Hanura Kepri untuk kembali berlayar di perairan politik Kepulauan Riau.
(MR W)

0 Komentar