Kata Baja,Kota Santri dan Kota Dolar adalah julukan fantastis untuk Kota Cilegon,kota kecil namun sangat dikenal di Nusantara karena industri bajanya yang pernah berjaya di masanya.
Pertumbuhan penduduk yang pesat mendorong perekonomian yang maju juga menuntut perhatian khusus dari Pemerintah Kota,Provinsi dan Pusat,karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mau tidak mau lapangan kerja pun harus terhambat untuk mengimbanginya.
Dampak dari semua itu mau tidak mau yang namanya kota santri tergeser oleh kebutuhan ekonomi yang sangat besar,ditengah kota yang berdampingan antara Kantor Wali Kota,Kantor DPRD Cilegon,Polres dan Koramil Cilegon,tumbuh pinggiran warung remang remang yang disinyalir tempat mangkalnya para kupu-kupu malam mencari hidung belang untuk mengais rejeki.
"Kalau ga kerja malam begini bagaimana saya harus mengkahi anak anak saya,sementara suami sudah entah kemana"ujar Wati kepada awak media,Jumat 15/08/2025.
"Saya terpaksa mangkal di Simpang tiga ini untuk menjual diri karena sangat susah mencari pekerjaan yang halal di kota ini,jadi demi bertahan hidup mau tidak mau rela tidak rela saya harus bekerja malam" katanya lagi.
Memang tidak bisa dipungkiri,Kota sekelas kota Cilegon mau tidak mau harus dapat mengembalikan kota maksiat menjadi kota santri kembali dengan cara membuka lapangan pekerjaan untuk warganya.
Karena selam ini lapangan pekerjaan dikuasai oleh para oknum LSM disetiap kecamatannya,tanpa melalui mereka jangan berharap dapat pekerjaan yang nota Bene setiap yang berhasil masuk kerja setiap bulannya dipotong gajihnya untuk jatah LSM atau Ormas yang menguasai wilayah,sedangkan Pemkot Cilegon dan segenap jajarannya tutup mata dan telinga juga hati untuk hal lapangan pekerjaan ini.
(Deep73/Tim)
0 Komentar