PONTIANAK,harian62.info -
Kasus pengeroyokan brutal yang terjadi di Hotel Transera, Jalan Gajah Mada, Pontianak Selatan pada Senin (10/11) hingga kini masih mandek di Polresta Pontianak. Peristiwa yang terekam jelas CCTV dan melibatkan belasan pria dari Perguruan Yayasan Silat Tradisi Sendeng Pukol Tujoh ini memicu kemarahan dan kekecewaan berbagai pihak. Pasalnya, hampir satu bulan berlalu, belum ada satu pun pelaku yang ditangkap, kecuali satu orang yang menyerahkan diri.
Korban, Sahrudin alias Arul, mengalami luka-luka serius: wajah dan kening robek akibat benda tumpul, mata kanan lebam hingga berdarah, serta berbagai memar pada tubuh akibat tendangan dan pukulan. Dari rekaman CCTV, gerombolan pelaku bahkan terlihat menggunakan kursi untuk menyerang.
Kejadian bermula ketika korban dan para pelaku hadir dalam acara Bedah Buku PSPT Kalbar di Hotel Transera. Situasi memanas setelah sesi tanya jawab, hingga akhirnya keributan meledak dan pengeroyokan terjadi.
“Saya sedang melerai agar guru besar kami yang berusia 71 tahun tidak diserang. Tapi justru saya yang jadi sasaran, dipukul, ditendang, diinjak, bahkan dipukul pakai kursi,” ujar Arul.
Menurut Arul, ia langsung membuat laporan ke Polresta Pontianak pada malam kejadian. Namun hingga kini, penyelesaian kasus terkesan jalan di tempat.
“Hampir satu bulan berlalu, belum ada satu pun yang ditangkap. Hanya satu orang yang menyerahkan diri. Kami minta Polresta bertindak cepat,” tegasnya.
Ketum Yayasan Silat Pukol Tujoh: Jangan Hilangkan Kepercayaan Publik Ketua Umum Yayasan Silat Pukol Tujoh, Daeng Ridwansyah, turut bersuara lantang.
“Sejak awal kasus ini kami serahkan kepada kepolisian. Tapi sampai sekarang tak ada penangkapan. Kami minta Polresta Pontianak segera menindak tegas semua pelaku. Kepercayaan kami kepada kepolisian jangan sampai hilang,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa rekaman CCTV sudah sangat jelas menunjukkan belasan pelaku melakukan pengeroyokan bersama-sama.
Panglima Besar SPM: Jangan Sampai Kami Bertindak Sendiri
Panglima Besar Satria Pembela Melayu (SPM), Awaludin alias Odeng, yang juga ikut menjadi korban, mengaku kecewa dengan lambannya proses hukum.
“Saya juga dikeroyok dan dilempar kursi. CCTV sangat jelas. Tapi saudara kami Arul kondisinya jauh lebih parah. Jika kasus ini terus dibiarkan, kami khawatir anggota tak bisa lagi dibendung,” tegasnya.
Odenk memberi ultimatum halus:
“Kami minta Polresta segera menangkap semua pelaku dalam minggu ini. Jangan sampai kami terpaksa turun tangan.”
Ketua Panitia Bedah Buku: Insiden Memalukan di Hadapan Pejabat
Ketua PSPT, Agus Setiadi, sangat menyayangkan insiden yang mencoreng acara ilmiah yang seharusnya menjadi ruang diskusi dan silaturahmi.
“Ini insiden paling memalukan sepanjang sejarah kegiatan kami. Kejadiannya saat para pejabat dari Pemprov, Pemkot, TNI, Polri, Kejaksaan, DPRD, kampus, dan sekolah masih ada di lokasi. Mereka menjadi saksi mata langsung,” jelas Agus.
Ia menilai ketidakseriusan aparat dapat menciptakan preseden buruk.
“Sudah hampir sebulan, hanya satu pelaku yang menyerahkan diri. Padahal belasan wajah pelaku terlihat jelas di CCTV. Kalau dibiarkan, ini memberi pesan bahwa pengeroyokan bisa dilakukan tanpa takut hukum,” tambahnya.
Agus menegaskan bahwa pihaknya selama ini mempercayakan proses hukum kepada Polresta Pontianak.
“Jangan biarkan kepercayaan kami dan masyarakat hilang hanya karena lambatnya penegakan hukum,” tutupnya.
(Bdg/Red)

0 Komentar